Selasa, 10 Juli 2018

Tiga Tahun

(Gambar: http://lensa.fotokita.net/2013/04/kenali-burung-anda-tips-memotret-burung/)

Tiga tahun sudah saya bekerja di suatu sekolah SMP Yayasan Katolik di Yogyakarta. Apa yang sudah saya dapat? Apa yang telah saya lakukan? dan Apa yang sudah terjadi selama di sini?. Tiga pertanyaan awal yang mencoba saya telusuri dan kudu dijawab. Mengapa perlu dijawab?, karena, jika ingin maju terhadap sesuatu hal, kita harus berrefleksi tentang perjalanan yang sudah kita tempuh. Kemudian hasil refleksi tadi bisa kita gunakan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sudah kita buat.

Apa yang sudah saya dapat?
Tentunya banyak, baik itu pengalaman yang manis ataupun pahit. Dari pengalaman pertama menjadi wali kelas dadakkan karena menggantikan teman guru yang cuti melahirkan, menjadi pembina upacara bendera, menjadi wali kelas resmi, menjabat jadi petugas sarpras sekolah, dan masih banyak lagi. Tentunya setiap pengalaman atau peristiwa mempunyai kesan-kesannya sendiri.

Apa yang telah saya lakukan?
Mmm... kalau ditanya pertanyaan ini saya kebingungan mau jawab apa, hehe. Tapi yang jelas dari pengalaman-pengalaman yang diceritakan di atas, pasti saya juga sudah melakukan sesuatu, minimal sesuatu hal atau usaha supaya setiap perkerjaan yang sudah diamanatkan bisa dikerjakan dengan baik. Terkadang mungkin banyak yang belum sempurna tapi setidaknya tidak terlalu mengecewakan. Itu menurut kacamata saya…hehe. Seperti misalnya: membelikan komputer untuk laboratorium sekolah dengan harga murah tapi berkualitas. Hal ini saya lakukan supaya sekolah tidak mengeluarkan banyak uang, tetapi sudah mendapatkan barang yang kualitasnya bagus. Ataupun membeli barang-barang sarpras dengan uang pribadi tanpa meminta uang ganti. Tentunya ini barang-barang yang kecil (baca: tidak terlalu mahal) saja misalnya: paku, lampu, sekrup, atau yang lainnya. Tapi pernah juga saya beli barang yang lumayan mahal dan tidak pernah meminta uang ganti…hahaha… tidak usah diceritakan di sini biarlah itu saya simpan saja hehe. Yang jelas kadang memang saya tidak terlalu memikirkan tentang “rugi” jika tidak meminta uang ganti. Bagi saya yang penting adalah untuk sekolah, itu saja. Saya ini orangnya tidak terlalu suka prinsip menang-menang atau untung-untung. Menurut saya prinsip hidup tersebut tidak selamanya pas (baca: cocok) untuk hidup ini. Kalau mau menolong seseorang ya kita harus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun, termasuk mengharapkan nanti kamu juga harus menolong saya. Karena, menurut saya menolong seseorang ya kita harus siap rugi. Biarlah nanti Tuhan yang menambal kerugian kita.

Apa yang sudah terjadi selama di sini?
Tentunya juga sudah banyak, karena pengalaman-pengalaman yang sudah saya alami di sekolah ini juga banyak. Lagi-lagi ada yang manis dan pahit hehe... Memang hidup ini tidak akan pernah berjalan mulus terus, pasti akan ada batu-batu kecil yang mengganggu jalan kita. Yang masih hangat terjadi dalam hidup saya selama bekerja di sini adalah gagal ujian tes pegawai tetap. Memang ada penyesalan ataupun malu karena, gagal lulus ujian awal, tapi kembali lagi hidup memang tidak akan pernah mulus terus. Jadi, tidak masalah dan saya tidak mau terlalu menyesalinya. Pasti akan ada pelangi sehabis hujan, pasti sinar mentari akan tetap bersinar meski sekarang tampak mendung dan gelap.

Kurang lebih itulah jawaban dari tiga pertanyaan di atas, yang dapat saya jawab. Meskipun mungkin jawabannya kurang dalam (baca: lengkap) tapi saya rasa sudah mengarah ke inti jawaban jadi, semoga pembaca bisa memahaminya. Di akhir tulisan ini saya juga ingin mengungkapkan sesuatu hal…
Saya sangat bersyukur pada akhirnya bisa melalui pekerjaan di tempat ini selama tiga tahun. Terimakasih yang tak terkira saya haturkan kepadaMu Tuhan untuk tiga tahun ini. Bagi saya tiga tahun bukan waktu yang singkat. Di awal bekerja dulu masih dianggap muda dan sekarang mungkin sudah tidak dianggap muda lagi. Di awal dulu masih dimaklumi kalau sering membuat kesalahan tapi mungkin ke depan tidak akan terlalu dimanja seperti dulu. Makin ke sini otomatis tanggung jawab yang diberikan juga akan semakin besar. Hehehe… kadang ada rasa ingin muda terus, tapi itu tidak mungkin karena kehidupan akan terus berjalan. Tidak akan ada yang abadi di dunia ini. Layaknya daun juga pernah muda, berawal dari daun muda yang bersemi masih berwarna hijau muda bening, pada suatu saat juga akan bertambah tua dengan warna yang mulai jadi hijau gelap, selanjutnya akan berubah warna jadi kuning dan pada suatu waktu akan lepas atau jatuh dari pohonnya. Itulah kehidupan. Ada juga pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepala ini, “Adakah mimpi yang masih belum tercapai selama bekerja di sini?”, Jelas ada. Ada beberapa impian yang belum terwujud dan ada juga mimpi untuk bekerja di tempat lain. Hehehe… saya tidak akan berbohong pada diri saya sendiri. Selagi saya masih belum terlalu tua ada keinginan untuk bekerja di tempat yang lebih baik. Akhirnya tahun ajaran baru akan segera mulai lagi, pengalaman selama tiga tahun ini akan menjadi kenangan yang selalu mengingatkanku bahwa saya tidak muda lagi dan masih ada impian yang belum tercapai di tempat ini ataupun selama saya menjadi seorang guru. Jadi, saya mau berusaha untuk bekerja lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Menjadi tua itu pasti jadi jangan takut, jangan pikirkan hari esok tapi nikmatilah hari ini. Bukankah burung-burung kecil itu begitu bahagia terbang ke sana kemari menikmati hari ini dan tidak memikirkan hari esok. Tuhan pernah berucap bahwa Dia sangat mencintai burung-burung kecil itu, apalagi kita manusia.
Sekian cerita saya. Mari kumpulkan semangat lagi untuk menjalani musim yang baru.
Berkah Dalem.

Senin, 26 Februari 2018

Nonton Konser Sheila on 7 Lagi

Hei...  Februari 2018!
Saya mau nulis lagi, di blog kesayangan ini... :D
Suatu saat pengen nulis di sebuah buku yang diterbitkan oleh percetakan. Suatu impian yang masih terus saya tata dan kumpulkan. Apa yang dikumpulkan?, heh!. Semangatnya pastinya!. Semangat untuk mengumpulkan "mut" (baca: motivasi) kemudian menggapai impian itu yang sampai saat ini masih berserakan tak menentu. Kalau dipikir-pikir seperti mau buat skripsi lagi, hehe... Ternyata baru saya sadari, pengalaman membuat skripsi itu bakalan ada dan digunakan.

Ok, kali ini saya akan membagikan cerita tentang musik lagi. Saya dulu pernah nulis tentang musik dan band favorit di blog ini, bagi yang belum baca silahkan cek. Band favorit saya sampai sekarang masih sama dan masih saya ikuti sampai detik ini, mereka adalah Sheila on 7 dan The Rain. Meski sebenarnya masih ada juga band-band lain yang jadi favorit hati ini, tapi yang dua itu selalu menjadi idola yang teratas dalam daftar list band favorit saya. 

Kemarin Sabtu, 17 Februari 2018 di GOR UNY, secara kebetulan atau memang oleh panitia penyelenggara even sengaja dibuat demikian, Sheila on 7 konser satu panggung dengan The Rain, meski waktunya bergantian. Tapi paling tidak Sheila on 7 bisa konser bareng dengan The Rain. Makanya, sejak pertama kali ada informasi konser itu saya langsung putuskan takkan melewatkannya. Oya, konser Sheila on 7 di GOR UNY kemarin menjadi konser keempat di tempat yang sama yang pernah saya tonton, dan keempat konsernya itu saya tonton secara berturut-turut dari tahun 2015, 2016, 2017, & 2018. Hebat bukan....hahaha... biasa saja sih sebenarnya. Apesnya dari 2015 - 2018, saya tak pernah bawa pacar. (Gimana mau bawa pacar?,, 7_7... sudahlah). Dan tambah apes lagi kemarin pas konser, Pak Duta vokalisnya S07 juga sempat bilang,"Siapa yang nonton konser kali ini masih sendiri/ jomblo." Hahaha.... jane sik jomblo ki ora gur aku wingi ki, tapi seumuran aku sik iseh jomblo ki ora akeh, masalahe kui...hik..hik (baca: sebenarnya yang jomblo itu kemarin bukan hanya saya saja, tapi seumuran saya yang masih jomblo itu ya tidak banyak, itulah masalahnya). Wah malah curhat ini...haha...

Kembali ke topik pembicaraan.
Ada cerita lain yang seru selama nonton konser kemarin. Berbekal pengalaman konser di tahun 2017 lalu. Pada konser kemarin saya sengaja membawa kamera DSLR (baca: hanya kamera pinjaman) untuk mengabadikan personil band-band favorit. Meskipun sebenarnya ada catatan dalam konser, "Tidak diperbolehkan membawa barang-barang tertentu salah satunya kamera DSLR." Tapi berbekal pengalaman kecerdikan saudara sepupu saya di konser tahun 2017 lalu, akhirnya kamera tersebut bisa dibawa masuk tanpa hambatan. Bagaimana caranya?, heh... itu rahasia.
Berikut ini beberapa foto yang sempat saya ambil pas konser kemarin.
Gambar 1 - Dokumen pribadi 

Gambar 2 - Dokumen pribadi
Ada yang tahu atau kenal dengan dua orang difoto tersebut?
Yang kenal pasti juga penggemarnya Sheila on 7 dan The Rain atau mungkin penggemar gitaris Indonesia khususnya Jogja. hehe...
Akhirnya kesampaian juga nonton konsernya dua band asal Jogja tersebut, tapi sayang lagi-lagi konser kemarin seperti kurang lama, bahkan cenderung lebih singkat dibandingkan dengan konser-konser sebelumnya. Tapi tak masalah, karena bisa nonton konser dua band ini sudah sangat membahagiakan. Tinggal satu hal yang ingin saya kejar, yaitu punya album gitar dari gitaris-gitaris Jogja- termasuk dua orang difoto tersebut. Album fisiknya bukan file MP3nya, karena kalau MP3nya saya juga sudah punya. Kemarin belum lama cari di aplikasi Spotify, dan ternyata ada. Jadi bisalah sedikit mengobati rasa penasaran tentang musik-musik di album gitaris Jogja tersebut.

Kembali ke kamera! Perjuangan untuk mengambil foto kedua orang tersebut ternyata tidaklah mudah. Maklum saya bukanlah orang yang mahir pakai kamera, khususnya kamera DSLR. Banyak foto-foto yang saya ambil kemarin terlalu gelap atau terlalu terang atau blur karena goyangan. Hehe... dua foto di atas adalah beberapa foto yang hasilnya lumayanlah.

Sekian cerita saya tentang nonton konser dua band favorit dan apa yang saya lakukan selama konser kemarin. Pada intinya ini merupakan kegiatan hiburan yang saya lakukan di luar rutinitas pekerjaan. Sekedar hiburan dari rutinitas yang kadang melelahkan dan menguras fisik ataupun pikiran. Konser berikutnya nonton lagi tidak ya?, tunggu saja besok, lihat kondisi dulu. 
Sekian dan terimakasih.
BD